TEKNIK INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR
EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Evaluasi
Pembelajaran
Davies mengemukakan bahwa
evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada
sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek
(Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1).
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa
evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara
tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah
karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu.
Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan
belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan
intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor
(ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara
lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah
menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang
telah dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut kita kaji
pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang
tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi
pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang
dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran.
Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat
keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah
ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah
proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Evaluasi hasil belajar antara
lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat
didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau
hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Pengukuran diartikan sebagai
pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan
instrumen test maupun non-test. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai
tentang kualitas hasil belajar secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar
adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan. Tes, pengukuran, dan penilaian berguna untuk: seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
1. Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar
siswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai:
Ø Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
Ø Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup
pengetahuan, keterampilan dan perilaku.
Ø Integrasi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap siswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh guru.
2. Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi
hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan
instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta
tindak lanjut.
a.
Menentukan Tujuan
Tujuan
evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi
oleh setiap siswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh guru mata
pelajaran. Kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa mencakup koginitif,
psikomotorik, dan afektif.
b.
Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana
evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan
keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran
pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang
dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan
digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.
c.
Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen
evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi
judgeman dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk objektif atau
uraian, sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuisioner. Tes
objektif dapat berbentuk jawaban singkat, benar salah, menjodohkan dan pilihan
ganda dengan berbagai variasi: bisaa, hubungan antar hal, kompleks, analisis
kasus, grafik, dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes
subjektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur.
Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau non-tes, guru harus mengacu
pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non-tes agar
instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen yang baik, minimal syarat
pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya).
d.
Pengumpulan Data atau Informasi
Pengumpulan
data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan
instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar
diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi
peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan
pada setiap akhir pelaksanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan
satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran
menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar.
e.
Analisis dan Interpretasi
Analisis dan
interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi
terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil
belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi, sedang interpretasi merupakan
penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar siswa. Analisis dan
interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian
penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas
dan/atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan
pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara objektif. Untuk
menjamin keobjektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai
dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
f.
Tindak Lanjut
Tindak
lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan interpretasi.
Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada
dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya
berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan
dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri. Tindaklanjut
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan
tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindaklanjut berkenaan dengan evaluasi
pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang
digunakan meliputi tujuan, proses, dan instrumen evaluasi hasil belajar.
ANALISIS INSTRUMEN
Pengertian instrumen dalam
lingkup evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk mengukur hasil belajar
siswa yang mencakup hasil belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda, jawaban
singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance test), dan
portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara, angket, dan
pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan
hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua karakteristik penting dalam
menganalisis instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dan sebagainya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam penulisan butir soal dan sebagainya.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil
Belajar Hendaknya memenuhi syarat sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau
mengadakan penilaian agar terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid
(tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat
mengakibatkan hasil penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian
dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak
mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah
persyaratan instrumen yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah
penyusunan instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik
memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi beberapa kaidah antara lain:
Ø Validitas
Ø Reliabilitas
Ø Objectivitas
Ø Pratikabilitas
Ø Ekomonis
Ø Taraf Kesukaran
Ø Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas
yang tinggi manakala instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran
yang Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar
dari pengaruh-pengaruh subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan
hasilnya. Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari
hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama menyangkut masalah
kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus dilakukan secara kontinu
(terus-menerus). Dengan evaluasi yang berkali-kali dilakukan maka evaluator
akan memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai.
Evaluasi yang diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat
memberikan hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor
kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4.
Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat
dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen
tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
6.
Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari
butir-butir instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Butir
soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang audiens mempertinggi usaha
memecahkannya sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan
tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di
dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang dinyatakan
dengan “proporsi”.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah
kemampuan instrumen tersebut membedakan antara audiens yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah).
Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks
Diskriminasi.
TEKNIK INSTRUMEN EVALUASI
Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam teknik
instrumen atau alat evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan
hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. teknik Instrumen
evaluasi itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih
lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
A. Teknik Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil
Belajar
Tes sebagai alat penilaian adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari
siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), dan
dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai
dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan
dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
Ada 2 jenis tes yakni tes uraian (subjektif) dan tes objektif. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan uraian terstruktur. Sedangkan tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, yakni bentuk pilihan benar salah, pilihan ganda dengan banyak variasi, menjodohkan, dan isian pendek atau melengkapi.
1. Tes Uraian (tes subjektif)
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay,
merupakan alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes
uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan
bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan
kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan
siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Sejak tahun 1960-an bentuk tes ini banyak ditinggalkan orang karena munculnya tes objektif. Bahkan sampai saat ini tes objektif sangat populer dan digunakan oleh hampir semua guru mulai dari tingkat SD sampai di perguruan tinggi. Namun ada semacam kecenderungan dikalangan para pendidik dan guru untuk kembali menggunakan tes uraian sebagai alat penilaian hasil belajar, terutama di perguruan tinggi, disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
·
Adanya gejala menurunnya
hasil belajar atau kualitas pendidikan di perguruan tinggi yang salahsatu
diantaranya berkenaan dengan penggunaan tes objektif.
·
Lemahnya para mahasiswa
dalam menggunakan bahasa tulisan sebagai akibat penggunaan tes objektif yang
berlebihan.
·
Kurangnya daya analisis
para mahasiswa karena terbisaa dengan tes objektif yang memungkinkan mereka
main tebak jawaban manakalah mereka menghadapi kesulitan dalam menjawabnya.
Kondisi seperti ini sangat menunjang penggunaan
tes uraian di perguruan tinggi akhi -akhir ini dengan harapan dapat
meningkatkan kembali kualitas pendidikan di perguruan tinggi. Harus diakui
bahwa tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif,
terutama dalam hal meningkatkan kemampuan belajar dikalangan peserta didik. Hal
ini karena melalui tes para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif
tingkat tinggi seperti analisis -intesis- evaluasi, baik secara lisan maupun
secara tulisan.
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah:
Dapat disimpulkan bahwa kelebihan atau keunggulan tes uraian antara lain adalah:
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif
tingkat tinggi;
b. Dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, baik lisan maupun
tulisan, dengan bail dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa;
c. Dapat melatih kemampuan berfikir teratur atau penalaran, yakni
berfikir logis, analitis dan sistematis;
d. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving);
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sihingga
tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses
berfikir siswa.
Dipihak lain kelemahan atau kekurangan yang
terdapat dalam tes ini antara lain adalah:
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin
dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti pada tes objektif
yang dapat menanyakan banyak hal melalui sejumlah pertanyaan.
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan, dalam membuat
pertanyaan, maupun dalam cara memeriksanya.
c. Tes ini bisaanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang
terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga tidak praktis bagi
kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
Bentuk tes uraian dibedakan menjadi 3 yaitu
uraian bebas, uraian terbatas dan uraian berstruktur.
1. Uraian bebas
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi,
bergantung pada pandangan siswa itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh isi
pertanyaan uraian bebas sifatnya umum. Melihat karakteristiknya, pertanyaan
bentuk uraian bebas tepat digunakan apabila bertujuan untuk:
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitas.
b. Pengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka
ragam sehingga tidak satupun jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan
dari berbagai segi atau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena
jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan kriteria penilaian, sangat subjektif
karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
2. Uraian terbatas
Bentuk kedua dari tes uraian adalah tes uraian
terbatas. Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu
atau ada pembatasan tertentu. Pembatasan dilhat dari segi:
a. ruang lingkupnya,
b. sudut pandang menjawabnya,
c. indikator – indikatornya.
3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur dipandang sebagai bentuk antara
soal-soal objektif dan soal-soal esai. Soal berstruktur merupakan serangkaian
soal jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas memberikan jawaban.
2. Tes objektif
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa
bentuk yakni:
a. Bentuk jawaban singkat
Bentuk soal jawaban singkat
merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat
atau simbol. Ada dua bentuk jawaban singkat yaitu bentuk pertanyaan langsung
dan bentuk pertanyaan tidak langsung.
b. Bentuk soal benar salah
Bentuk soal benar-salah
addalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa pertanyaan dimana sebagian dari
pertanyaan yang benar dan pertanyaan yang salah. Pada umumnya bentuk ini
dipakai untuk mengukur pengetahuan siswa tentang fakta, definisi, dan prinsip.
c. Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan
terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang paralel yang berada dalam satu
kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan
sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban
yang disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi
kemungkinan siswa menjawab yang betul dengan hanya menebak.
d. Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang
mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya,
bentuk soal pilihan ganda terdiri atas:
·
Stem :
pertanyaan/pernyataan yang berisi masalah yang akan dinyatakan.
·
Option :
sejumlah pilihan atau alternatif jawaban.
·
Kunci :
jawaban yang benar atau paling tepat.
·
Distractor :
jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban
B. Teknik Non Tes Sebagai Alat Penilaian Hasil
Belajar
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya
dinilai oleh tes, tetapi dapat juga dinilai olah alat-alat non-tes atau bukan
tes. Berikut ini dijelaskan alat-alat non – tes:
1. Wawancara dan Kuisioner
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu
cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa dengan melakukan
Tanya jawab sepihak. Kelebihan wawancara adalah bisa kontak langsung dengan siswa
sehingga dapat mengungkapkan jawaban lebih bebas dan mendalam. Wawancara dapat
direkam sehingga jawaban siswa bisa dicatat secara lengkap. Melalui wawancara,
data bisa diperoleh dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan yang
tidak jelas dapat diulang dan dijelaskan lagi, begitupun dengan jawaban yang
belun jelas. Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan
wawanncara bebas. Dalam wawancara berstruktur kemungkinan jawaban telah
disiapkan sehingga siswa tinggal mengkategorikannya kepada alternatif jawaban
yang telah dibuat. Keuntungannya ialah mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat
kesimpulan. Sedangkan untuk wawancara bebas, jawaban tidak perlu disiapkan
sehingga siswa bebas mengemukakan pendapatnya. Keuntungannya ialah informasi lebih
padat dan lengkap sekalipun kita harus bekerjakeras dalam menganalisisnya sebab
jawabannya bisa beraneka ragam.
Ada tiga aspek yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan wawancara.
1. Tahap awal wawancara di mana bertujuan untuk mengondisikan
situasi seperti suasana keakraban.
2. Penggunaan pertanyaan dimana pertanyan diajukan secara bertahap
dan sistematis berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya.
3. Pencataan hasil wawancara di mana dicatat saat itu juga supaya
tidak lupa.
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan wawancara perlu dirancang pedoman wawancara, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
·
Tentukan tujuan yang ingin
dicapai dari wawancara.
·
Tentukan aspek-aspek yang
akan di ungkap dari wawancara tersebut.
·
Tentukan bentuk pertanyaan
yang akan digunakan.
b. Kuisioner
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu.
Kuisioner adalah suatu tekhnik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku dan karakteristik dari siswa. Kelebihan kuisioner dari wawancara ialah sifatnya yang praktis, hemat waktu tenaga dan biaya. Kelemahannya ialah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih bila pertanyaannya kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Cara penyampain kuesiner ada yang langsung di bagikan kepada siswa yang telah diisi lalu di kumpulkan lagi. Alternatif jawaban yang ada dalam kuisiner bisa juga ditransformasikan dalam bentuk simbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Caranya adalah dengan memberi skor terhadap setiap jawaban berdasarkan kriteria tertentu.
c. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
Skala adalah alat untuk mengukur sikap , nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuatu dengan kriteria yang ditentukan.
1. Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur
penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan perilaku
individu pada suatu titik yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai
rentangan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah, bisa dalam bentuk
huruf atau angka. Hal yang penting diperhatikan dalam skala penilaian adalah
kriteria skala nilai, yakni penjelasan operasional untuk setiap alternatif
jawaban. Adanya kriteria yang jelas akan mempermudah pemberian penilaian. Skala
penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya proses mengajar
pada guru, siswa, atau hasil belajar dalam bentuk perilaku seperti
keterampilan, hubungan sosial siswa, dan cara memecahkan masalah. Skala
penilaian dalam pelaksanaannya dapat digunakan oleh dua orang penilai atau
lebih dalam menilai subjek yang sama. Maksudnya agar diperoleh hasil penilaian
yang objektif mengenai perilaku subjek yang dinilai.
2. Skala sikap
Skala sikap digunakan untuk
mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori
sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
hakikatnya dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang dating
kepada dirinya.
Ada tiga komponen sikap yakni:
a. Kognitif, berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objek
atau stimulus yang dihadapinya.
b. Afektif, berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek
tersebut.
c. Psikomotor, berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap
objek tersebut.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan positif atau negatif adalah kebalikannya.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh karena itu, pernyataan yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala yang sering digunakan adalah Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten. Yang jelas, skor untuk pernyataan positif atau negatif adalah kebalikannya.
d. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni:
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Ada tiga jenis observasi, yakni:
1.
Observasi langsung, adalah
pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam
situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat.
2.
Observasi tidak langsung,
adalah observasi yang dilakasanakan dengan menggunakan alat seperti mikroskop
utuk mengamati bakteri, suryakanta untuk melihat pori-pori kulit.
3.
Observasi partisipasi,
adalah observasi yang dilaksanakan dengan cara pengamat harus melibatkan diri
atau ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok
yang diamati, sehingga pengamat bisa lebih menghayati, merasakan dan mengalami
sendiri seperti inddividu yang sedang diamatinya.
Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada saat siswa melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa.
Observasi untuk menulai proses belajar mengajar dapat dilakasanakan oleh guru di kelas pada saat siswa melakukan kegaitan belajar. Untuk itu gurutidak perlu terlalu formal memperhatikan perilaku siswa, tetapi ia mencatat secara teratur gejaka dan perilaku yang ditunjukkan oleh setiap siswa.
e. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya
mempelajari secara intensif seorang individu yang dipandang mengalami kasus
tertentu. Misalnya mempelajari secara khusus anak nakal, anak yang tidak bisa
bergaul dengan orang lain, anak yang selalu gagal dalam belajar, dan lain –
lain. Kasus tersebut dipelajari secara mendalam dan dalam kurun waktu yang
cukup lama. Mendalam artinya mengungkapkan semua variabel yang menyebabkan
terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek yang mempengaruhi dirinya. Penekanan
yang utama dalam studi kasus adalah mengapa individu melalukan apa yang
dilakukannya dan bagaimana tingkah lakunya dalam kondisi dan pengaruhnya
terhadap lingkungan. Datanya bisaa diperoleh berbagai sumbar seperti orang tua,
teman dekatnya, guru, bahkan juga dari dirinya. Kelebihan studi kasus adalah
bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan menyeluruh. Namun,
kelemahannya sesuai dengan sifat studi kasus bahwa informasi yang diperoleh
sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan, dan belum
tentu dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar