Pengertian Hasil Belajar
Tinjauan
Pustaka kali ini akan membahas tentang Pengertian Hasil Belajar, sebagaimana di
ketahui bahwa tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di rumah,
sekolah atau belajar dimanapun adalah agar dapat memperoleh hasil belajar yang
dianggap baik yaitu yang telah memenuhi standar hasil belajar yang telah
ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan menjadi hasil belajar
yang baik.
Dalam
proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode pembelajaran
yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan sehari-hari
yang akrab dengan kita atau istilahnya kontekstual, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan
jumlah pengukuran
hasil belajar di atas
standar yang ada, selain metode ada juga yang menggunakan LKS
Lembar Kerja Siswa dalam proses
pembelajaran di sekolah.
langsung deh simak Pengertian Hasil Belajar berikut
langsung deh simak Pengertian Hasil Belajar berikut
Setiap proses belajar yang
dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam
proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan
dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan
peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa
itu sendiri.
Dalam setiap mengikuti proses
pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan
mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya
dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak
optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Menurut Hamalik (2001:159) bahwa
hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar
itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.
Menurut Nasution (2006:36) hasil
belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan
Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu
interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa
setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang
diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok
bahasan.
Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif, psikomotor dan afektif. Secara
eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Setiap mata
pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu
berbeda. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor,
sedangkan mata pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif.
Namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar
yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan
kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik,
misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Ranah kognitif
berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan
mengevaluasi. Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap,
minat, konsep diri, nilai dan moral.
Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran
lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai kemampuan
aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui bentuk tes
obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan
sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen,
percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan
mengendalikan diri.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan
berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur
yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek
kognitif adalah subtaksonomi yangmengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi
yaitu evaluasi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun
implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan
pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran kognitif dan
psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan pembelajaran yang tepat
agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.
Perbedaan Penilaian Hasil Pembelajaran yang
Didasarkan Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Dalam suatu pembelajaran berhitung, maka dapat
dibedakan proses penilaian antara ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif dalam berhitung dapat diartikan sebagai aktivitas
kognitif dalam memahami hitungan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini
sering disebut sebagai kemampuan membaca, atau lebih khusus disebut sebagai
kemampuan kognisi.
b. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa
untuk membaca ; misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau
sebaliknya, gemar membaca, malas membaca dan lain-lain.
c. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada
saat melakukan kegiatan berhitung. Aktivitas fisik pada saat berhitung.
Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran
Kriteria penilaian ditentukan oleh seorang
pengajar atas dasar kemampuan peserta didiknya. Penilaian pembelajaran dilakukan
selama proses pembelajaran berlangsung hingga materi yang disampaikan habis.
Penilaian hasil belajar didasarkan pada:
a. Sahih, didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang
akan diukur.
b. Obyektif, menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang
jelas.
c. Adil, tidak dipengaruhi oleh kondisi atau alasan tertentu yang
dapat merugikan peserta didik, misalnya: kondisi fisik, agama, suku, budaya,
adat, status sosial atau gender.
d. Terpadu, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan yang
digunakan dalam penilaian harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, dalam arti semua indikator
ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang
telah dimiliki dan belum, serta mengetahui kesulitan peserta didik.
g. Sistematis, terencana, bertahap dan mengikuti langkah-langkah
baku.
h. Beracuan kriteria, menilai apa yang bisa dilakukan peserta didik
setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya).
i.
Akuntabel, dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Poses Dan Hasil Belajar
Makalah Psikologi Pendidikan-Makalah Pendidikan ini saya dapat untuk kalian
yang sedang mencari makalah, khususnya para fakultas psikologi. Berikut ini
saya mempunyai makalah pendidikan psikologi yang berjudul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Poses Dan Hasil Belajar". Semoga makalah ini
dapat membantu kalian dalam mencari tugas kuliah.
BAB
I
PENDAHULUAN
11. Latar
Belakang
Telah dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan.
Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah
dilakukan individu, perubahan ini adalah hasil yang telah dicapai dari proses
belajar, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui
proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dan dalam individu dan diluar
individu, proses ini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis, kecuali
bila terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena
aktifitas belajar yang telah dilakukan.
12. Rumusan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan dikaji
diantaranya:
- Apa saja faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
- Apa saja faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
13.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya:
- Memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor instrumen yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
- Memahami faktor psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Adapun kegunaannya adalah:
1 Menambah wawasan dan sebagai bahan bacaan.
2 Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Psikologi
Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Faktor Lingkungan
- Lingkungan sosial
a.
Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan
belajar siswa, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku
yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. Hal yang paling mempengaruhi
keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah,
tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten.[1][1][1]
b. Lingkungan social masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi
belajar siswa. Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang
dapat menunjang keberhasilan belajar. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa,
paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau
meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. Lingkungan yang
dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan
nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan
lain-lain.
c. Lingkungan social keluarga.
Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan
pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana
lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap
perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi
keberhasilan belajarnya. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi
keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak
terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua,
anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik.
2) Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terlambat.
b. Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan
usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan
sesuai dengan kondisi siswa.
2.2. Faktor Instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya
dirancangkan sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.[2][2][2]
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya
tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan, faktor-faktor instrument ini
dapat berwujud faktor-faktor seperti:
- Gedung perlengkapan belajar
- Alat-alat praktikum
- Perpustakaan
- Kurikulum
- Bahan / program yang dipelajari
- Pedoman-pedoman belajar & sebagainya.
2.3.
Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan
dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam :
1) Keadaan
jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif
terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau
sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu
keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
2) Keadaan fungsi
jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis
pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.[3][3][3] Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga
manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun
siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Dengan menyediakan sarana belajar
yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga
secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2.4 Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini
meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi
mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang
mantap dan stabil. [4][4][4]
Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar
adalah :
a) Kecerdasan /Intelegensi Siswa
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu
kecakapan untuk menhadapi dan menyesuaikan kedalam situasi baru dengan cepat
dan efektif, mengetahui atau konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar
pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dalam situasi yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena
fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari
hamper seluruh aktivitas manusia.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan
kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan
kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di
dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga
perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.[5][5][5]
Dari segi sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang
berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan
sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu
disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas
kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam
motivasi intrinsik untuk belajar anatara lain adalah:
a. Dorongan ingin
tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
b. Adanya sifat
positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
c. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebaginya.
d. Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.[6][6][6]
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri
individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti
pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orang tua, dan lain sebagainya.
Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar
seseorang menjadi lemah.
c) Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut
Reber Syah, minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.[7][7][7]
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan
kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia
akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu
membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa
digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari
semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain
pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua,
pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika
jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan
proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun
negatif.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang
atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan
berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan
kepribadian sebagai seorang guru yang empati, sabar, dan tulus kepada muridnya,
berusaha untuk menyajikan pelajaran yang dia punya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan,
meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah
bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating.
Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan
umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.[8][8][8] Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah
satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk
mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu,
bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah
mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa
akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap
individu, maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
f)
Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan
perhatian intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian
intensif ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar.
Perhatian intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui
strategi pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan
teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan
sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian
yang spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah
perhatian yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan
untuk mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang
terjadi di balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil
penelitian psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan
ingatan yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
g) Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan
merupakan gerbang bagi masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek
didik, dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik
perlu memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara
analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling
dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya
menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain,
perolehan informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan
melalui penglihatan dan pendengaran.
h) Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya
ingatan, yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3)
memproduksi kesan. Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan”
selalu didefinisikan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan dan
mereproduksi kesan.[9][9][9] Kecakapan merima kesan sangat sentral peranannya dalam belajar.
Melalui kecakapan inilah, subjek didik mampu mengingat hal-hal yang
dipelajarinya.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik
pembelajaran yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya
kesannya akan lebih dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan
teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan
bagi subjek didik, terutama untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau
urutan-urutan lambang tertentu. Contoh kasus yang menarik adalah mengingat
nama-nama kunci nada g (gudeg), d (dan), a (ayam), b (bebek) dan sebagainya.
i)
Berfikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide
dan konsep di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari
gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses
psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, (2)
penjalinan pengertian-pengertian, dan (3) penarikan kesimpulan.[10][10][10]
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang
lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya.
Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang
“selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan
kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih
memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau
konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya
mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan
menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan
kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.
j)
Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari
rangsangan luar, seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan
satu tugas dengan baik. Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik.
Tetapi tidak jarang pula motif tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang
disebut motif intrinsik. Misalnya, seorang subjek didik gemar membaca karena
dia memang ingin mengetahui lebih dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan
biasanya berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup
potensial pada subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif
ekstrinsik. Motif ini, umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana
kompetitif di antara individu maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan
mendorong subjek didik untuk berjuang atau berlomba melebihi yang lain.Namun
demikian, pendidik harus memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah
kepada hal-hal yang negatif.
Motif ekstrinsik bisa juga dihadirkan melalui siasat “self
competition”, yakni menghadirkan grafik prestasi individual subjek didik.
Melalui grafik ini, setiap subjek didik dapat melihat kemajuan-kemajuannya
sendiri. Dan sekaligus membandingkannya dengan kemajuan yang dicapai
teman-temannya. Dengan melihat grafik ini, subjek didik akan terdorong untuk
meningkatkan prestasinya supaya tidak berada di bawah prestasi orang lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil belajar yang didapatkan oleh seorang siswa sebenarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
a. Lingkungan,
baik sosial maupun non sosial.
b. Instumen.
c. Fisiologis,
meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani.
d.
Psikologis,
terdiri dari kecerdasan, motivasi, minat, bakat, perhatian, ingatan,
pengamatan, berfikir dan motif.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan kekurangan
maka dari itu, penulis mengharapkan semoga para pembaca bisa memberikan masukan
kepada penulis. Semoga makalah ini dipergunakan sebaik-baiknya.
Faktor faktor yang mempengaruhi proses belajar
Secara
umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut
saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
A, factor internal
Factor internal
adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor
fisiologis dan factor psikologiss.
1.
Factor
fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah
factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini
dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan
tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani
antara lain adalah :
a.
menjaga pola makan yang
sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b.
rajin berolah raga agar
tubuh selalu bugar dan sehat;
c.
istirahat yang cukup dan
sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula .
dalam proses belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia
luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata
dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca
indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif.
Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan
kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang
bergizi , dan lain sebagainya.
2. Factor psikologis
Factor –faktor psikologis adalah
keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa
factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa,
motifasi , minat, sikap dan bakat.
–
kecerdasan
/intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan
sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan
bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh
lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ
yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis
yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas
belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar
peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin
rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai
kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain,
seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang
penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga
mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ
bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes
Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut
((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut
Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat
superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata
tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata
rendah
|
70 – 79
|
Batas
lemah mental
|
20 — 69
|
Lemah
mental
|
Dari table tersebut, dapat diketahui
ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
A.
Kelompok kecerdasan amat
superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B.
Kelompok kecerdasan
superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
C.
Kelompok rata-rata tinggi
(high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
D.
Kelompok rata-rata
(average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
E.
Kelompok rata-rata rendah
(low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
F.
Kelompok batas lemah
mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
G.
Kelompok kecerdasan lemah
mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam
kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan
individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang
berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga
dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat
superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.
-
Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang
memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong
siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga
diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi
menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi
intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan
memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang
efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah,
1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain
adalah:
a.
Dorongan ingin tahu dan
ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b.
Adanya sifat positif dan
kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.
Adanaya keinginan untuk
mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.
Adanya kebutuhan untuk
menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang
dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk
belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,
danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan
memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
-
Minat
Secara sederhana,minaat (interest)
nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat
sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar.
Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran
yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar
tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat
materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari
bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa
yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal
ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa
sesuai dengan minatnya.
-
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons
dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya,
baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat
dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru,
pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap
yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang
professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang
studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
-
Bakat
Faktor psikologis lain yang
memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki
seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat
itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai
bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar
individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan
latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah
menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa
yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang
lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh
potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru
perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta
didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Factor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau
factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses
belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor
eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1)
Lingkungan social
a.
Lingkungan social
sekolah, seperti ggggggguru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya
dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku
yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat
menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.
Lingkungan social
massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan
anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan social
keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)
Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk
lingkungan nonsosial adalah;
a.
Lingkungan alamiah,
seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk
dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam
tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.
Factor instrumental,yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.
Factor materi pelajaran
(yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan
kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi
yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.
thanks,sdh membantu
BalasHapusthanks
BalasHapus