Teknik Evaluasi Hasil Belajar Non Tes
BAB I.
Pendahuluan
1
Macam-macam teknik evaluasi non tes dalam pembelajran antara lain
1.
Pengamatan (observation)
Observation yaitu suatu jenis evaluasi non tes yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan. Fenome yang diamati
terkait dengan bahasan pembelajaran yang dilakukan. Pada teknik observasi ini
kita dapat mengamati dan mengevaluasi 2 pihak sekaligus yaitu pertama, kita
dapat menilai perilaku individu (siswa) selama proses pengamatan berlangsung.
Kedua, kita dapat menilai dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang
berkaitan dengan keterampilan guru serta hubungan-hubungan sosial antara guru
dan peserta didik
Tujuan
dari diadakannya proses evaluasi selama pembelajaran yaitu selain untuk
mengumpulkan informasi mengenai suatu fenomena atau kejadian tertentu juga
dilakukan untuk menilai perilaku kelas baik perilaku guru maupun peserta didik.
Penilaian yang dilakukan melalui pengamatan lebih bersifat objektif. Hal ini
dikarenakan guru dapat melihat proses apakah tingkah laku siswa itu bersifat
sebenarnya atau dibuat-buat.
Apabila
suatu penilaian akan dilakukan melalui teknik observasi, maka tujuan yang akan
di observasi harus jelas. Hal ini dikarenakan agar indikator pembelajaran yang
telah ditetepakn oleh guru dapat
tercapai. Teknik observasi memang sering dipilih dalam evalusi pembelajaran.
Hal ini dikarenakan observasi lebih bersifat ilmiah serta dilakukan secara
sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Selain itu alasan sering
dipilihnya observasi sebagai teknik evaluasi dikarenakan observasi lebih
praktis penggunaanya yaitu guru bisa mengamati sekaligus memberikan nilai
secara langsung selama proses evaluasi. Observasi dapat digunakan untuk
mengamati berbagai fenomena sehingga cocok unuk mengamati perilaku peserta
didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
Kekurangan
dari teknik observasi didalam melakukan evaluasi yaitu seringkali pelaksanaan
observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang
menyenangkan dari observer ataupun dari proses observasi itu sendiri. Proses
observasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama akan membuat observer jenuh,
sehingga proses observasi kurang maksimal. Penilaian saat observasi biasanya
juga terganggu akibat kurangnya atau rusaknya alat dan bahan yang digunakan
saat proses observasi. (Arifin, 2009)
Didalam
taknik observasi dikenal adanya skala sikap yaitu alat penilaian hasil belajar
yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya
dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga,empat atau lima. Pengembangan
skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a). Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan
skalanya misalnya sikap terhadap kebersihan.
b). Memilih dan
membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian
sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.
c). Memilih
kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala. d)
Menentukan
skala dan penskoran. Contoh : Penilaian skala sikap terhadap kebersihan.
2). Wawancara (Interview)
Menurut
Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri
(2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang
diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa wawancara
adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan
narasumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara
lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
Ada
dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1). Wawancara
terpimpin (guided interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh
evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun
terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide).
2). Wawancara tidak terpimpin (un-guided
interview), diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
evaluator.
Menurut
Sudijono (2009) dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan
oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja
pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator
akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka
ragam. Hal ini nantinya akan benar-benar merepotkan pewawancara.
Didalam
artikel ini dijelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
wawancara diantaranya, mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang
dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika. Selain itu,
evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa
yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak
hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu
evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang
kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur
subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah
dilaksanakan.
3) Angket (Questionnare)
Pada
dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan
oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud
untuk mendapatkan data.
Selain
itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan
dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran.
Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain
sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada
ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala
sikap.
Teknik
evaluasi melalui angket ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih
efektif dan kreatif. Selain itu guru juga dapat membantu siswa yang lemah
belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Hal tersebut
akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai dengan kemampuan
dan keinginan siswanya.
Adapun
beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1) Mengumpulkan
informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
2) Membimbing
siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3)
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4)
Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk
mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi
Jenis-jenis
kuesioner menurut Yusuf (dalam Artiatiu, 2010) berdasarkan dari segi isi dapat
dibedakan atas 4 bagian yaitu pertanyaan fakta, pertanyaan perilaku, pertanyaan
informasi, pertanyaan pendapat dan
sikap. Sedangakan jenis-jenis kuesioner berdasarkan jenisnya dapat dibedakan
menjadi 3 jenis yaitu : kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner
tertutup dan terbuka. Kuesioner jika dilihat dari narasumbernya dapat dibedakan
menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. (Mania, 2012)
Ada
beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi
diantaranya yaitu:
1) Dengan
angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak
dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan
angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan
kelemahan angket, antara lain:
1) Pertanyaan
yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2)
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau
mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena
anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada
kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.
4. Pemeriksaan
Dokumen (Documentary Analysis)
Teknik
evaluasi pemeriksaan dokumen yaitu teknik evaluasi yang mengenai kemajuan,
perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik
non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi). Beberapa informasi, baik
mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin
pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.( Anyan, 2012)
5. Study Kasus
(Case Study)
Studi
kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus
untuk melihat perkembangannya. Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi,
bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data
yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan
diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. (Bahri, 2000).
Dalam melakukan studi kasus, guru harus
terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan
berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview.
Alat ini dapat melakukan wawancara secara mendalam serta jenis data yang
diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga,
kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Kelebihan
dari teknik studi kasus yaitu kita dapat mempelajari seseorang secara mendalam
dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya.
Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan,
melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja. Studi kasus juga
memerlukan waktu yang lama, karena guru terlebih dahulu harus mengumpulkan
informasi tentang siswa melalui berbagai sumber.
6.
Penugasan
Penilaian
dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik
melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian
dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian
dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.Tugas adalah kegiatan yang
dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatankelas, misalnya
mengamati suatu obyek.
Hasil
pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, berupa laporan hasil praktikum.
Dalam pelaksanaan pemberian ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu banyaknya
tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena
memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain,
bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya. Selain itu, jenis
dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu
untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan
memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga
siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya. Diupayakan pemberian tugas dapat
mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.
Proyek adalah
suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan
secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Tahapan dalam tugas proyek
yaitu pertama tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang
kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.
Kedua Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan,
peralatan, dan langkah-langkah kerja. Ketiga tahap Pelaporan : kemampuan
melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala yang dihadapi, kelengkapan dan
keruntutan laporan. (Disnawati, 2012)
BAB II. Analisis Artikel
2.1 Pentingnya teknik evaluasi non tes dalam suatu pembelajaran
Isi artikel ini menjelaskan bahwa teknik atau cara evaluasi tidak
hanya dapat dilakukan dengan cara tes. Akan tetapi, suatu pengukuran atau
penilaian pembelajaran dapat juga dilakukan dengan non tes. Penilaian yang
dilakukan secara non tes akan lebih memberikan gambaran kepada pengajar yaitu
guru tentang kemampuan atau kecakapan siswanya terutama yang berhubungan dengan
kejiwaan seperti persepsi siswa tentang guru, persepsi siswa tentang mata
pelajaran tertentu atau tentang bakat dan minat siswa yang tidak mungkin guru
ketahui dengan evaluasi tes. Teknik non tes dilakukan melalui pengamatan
langsung terhadap proses pembelajaran dikelas serta proses mental yang lain
yang tidak dapat guru dapatkan saat menggunakan instrumen tes. Jadi instrumen
non tes dapat memberikan gambaran yang jelas tentang psikis atau softskill yang dimiliki siswa.
Menurut (Widiyoko : 2009) teknik
evaluasi non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan
dengan soft skill, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik.
Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka dapatkan selama proes
pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan
penampilan yang dapat diamati, dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya
yang tidak dapat diamati dengan panca indra.
Jadi dari pendapat ahli diatas dapat
dipahami bahwa teknik pengukuran serta penilaian yang menggunakan non tes akan
memberikan gambaran tentang proses pengetahuan
seta proses mental yang terdapat didalam diri siswa. Kebanyakan seorang
guru mengabaikan proses mental ini. Hal tersebut dikarenakan para guru
menganggap bahwa ketuntasan siswa dalam pembelajaran itu hanya berdasarkan atas
kemampuan kognitif, sehingga proses mental kurang diperhatikan.
Proses mental pada diri siswa sangat
menetukan dan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran disekolah. Hal
ini dikarekan jika mental diri siswa tertata dengan rapi maka mereka dapat
mengikuti pembelajaran dikelas dengan baik. Sedangkan jika mental mereka sudah
terjerumus pada hal-hal negatif maka merekapun
tidak dapat mengikuti pemblajaran dikelas secara maksimal. Proses mental
yang kurang baik pada diri siswa kebanyakan terjadi akibat pergaulan bebas yang
terjadi pada remaja. Selain itu, mental yang kurang baik pada diri siswa juga
dikarenakan faktor keluarga terutama siswa yang mengalami broken home. Mereka akan meluapkan semua amarah mereka melalui
tindakan – tindakan kriminal yang mereka lakukan ketika mereka diluar rumah,
seperti saat mereka berada di sekolah. Hal itu dikarenakan siswa tersebut ingin
diperhatikan orang lain karena mereka sendiri kurang mendapatkan perhatian
penuh dari orang tua mereka.
2.2 Jenis-jenis teknik evaluasi non tes di dalam proses
pembelajaran.
1.
Pengamatan (Observation)
Menurut
Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Jadi dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengamatan (Observation) berguna untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena. Selain itu, dengan dilakukannya observasi dapat
mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik).
Jadi pada artikel ini dijelaskan secara rinci
tentang kegunaan dari teknik evaluasi observasi. Penggambaran yang mendetail
tentang teknik evaluasi pengamatan dapat memberikan pemahaman yang kompleks
terhadap pembacanya. Sehingga artikel ini dapat dijadikan sebagai salah satu
rujukan didalam memilih teknik penilaian didalam proses pembelajaran di
sekolah.
Selain itu, dari paragraf artikel
diatas dapat dipahami pengamatan (Observation)
akan memberikan gambaran tentang suatu proses dan hasil belajar peserta didik
pada waktu belajar, diskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Teknik evalausi
dengan observasi atau pengamatan juga dapat memberikan informasi tentang penampilan
guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial
sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial
lainnya. Jadi pada instrumen ini benar-benar menitik beratkan pada “proses”
pembelajaran dan bukan hanya sekedar hasil belajar.
Dalam artikel ini juga dijelaskan
tentang kelebihan dan kekurangan jika menggunakan teknik evaluasi observasi
atau pengamatan, diantara yaitu:
Observasi
merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
Observasi
cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan
suatu kegiatan.
Banyak
hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan bservasi.
Tidak
terikat dengan laporan pribadi. (Arifin, 2009)
Dari poin-poin diatas sudah jelas
bahwa jika seorang guru menggunakan teknik observasi saat penilaian maka guru
tidak hanya bisa menilai siswa dari segi kognitifnya, akan tetapi guru juga
bisa menilai dari segi afektif dan psikomotor. Jadi teknik ini dapat digunakan
dalam penilaian tiga ranah pembelajaran sekaligus. Akan tetapi kekurangan dari
teknik observasi ini yaitu apabila sesuatu yang diamati itu terlalu lama akan
membuat siswa menjadi jenuh. Penilaian dengan teknik evaluasi sangat
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi seperti oleh keadaan cuaca, suhu serta
sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut. Proses penilaian juga tidak akan berjalan dengan maksimal jika
observer yaitu siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik
akibat masalah pribadai atau alasan lain.
Jurnal ini sangat bagus. Hal ini
dikarenakan jurnal ini memberikan referensi tentang teknik evaluasi yang bisa
digunakan didalam suatu proses pembelajaran selain teknik evaluasi tes. Selain
itu, alternatif teknik evaluasi seperti observasi pada jurnal ini dapat
digunakan didalam tiga ranah pembelajaran sekaligus. Hal ini akan benar-benar
mempermudah guru dalam melakukan tugasnya di sekolah. Ini dikarenakan guru
tidak perlu menyiapkan soal evaluasi
untuk tiap ranah masing-masing.
Proses
penilaian dengan observasi banyak digunakan. Hal ini dikarenakan observasi
penggunaannya praktis. Selain itu observasi bersifat ilmiah, yaitu dilakukan
secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Karakteristik lain
dari observasi yang menjadi daya tarik tersendiri yaitu observasi mempunyai
arah dan tujuan yang jelas.
2)
Wawancara (Interview)
Menurut
Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri
(2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang
diwancarai. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan
dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung
(menggunakan alat komunikasi).
Pada artikel ini dijelaskan tentang
pengertian teknik non tes yang biasa digunakan saat evaluasi pembelajaran yaitu
teknik non tes wawancara. Artikel ini sangat lengkap karena selain menjelaskan
pengertian wawancara secara mendetail juga menjelaskan tentang jenis wawancara
yang dapat digunakan sebagai alat dalam evaluasi yaitu yang pertama wawancara
terpimpin (guided interview), wawancara ini dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam
bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini
responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah
disediakan. Jenis wawancara yang kedua yaitu wawancara tidak terpimpin (un-guided
interview), diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh
evaluator.
Selain
itu di dalam artikel ini dapat dipahami bahwa didalam wawancara terpimpin
pewawancara harus menyiapkan pertanyaan beserta pilihan-pilihan jawabannya
terlebih dahulu. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama dan lebih sulit
pengerjaannya. Akan tetapi kelebihan
dari wawancara terpimpin yaitu, pewawancara akan lebih mudah dalam mengambil
kesimpulan hasil wawancara. Hal ini dikarenakan pengambilan kesimpulan bisa
diambil dari pilihan-pilihan jawaban yang sudah dijawab oleh nara sumber.
Hal ini akan berbanding terbalik
apabila pewawancara menggunakan wawancara tidak terpimpin, responden bisa
menjawab pertanyaan-pertnyaan yang diajukan secara bebas tanpa terikat oleh
pilihan-pilihan jawaban seperti pada wawancara terpimpin. Jadi persiapan untuk
wawancara tidak terpimpin lebih mudah karena pewawancara tidak perlu
menyiapakan pilihan-pilihan jawaban terlebih dahulu. Akan tetapi, jawaban yang
beraneka ragam dari narasumber akan membuat pewawancara lebih kesulitan dalam
mengambil kesimpulan hasil wawancara.
Didalam jurnal ini juga dijelaskan
tentang trik-trik dalam wawancara yaitu sebaiknya saat melakukan wawancara,
hasil wawancara itu dicatat seketika. Hal ini dikarenakan untuk meminimalkan
informasi yang hilang akibat pewawancara lupa, mengingat daya ingat manusia itu
dibatasi ruang dan waktu. Disamping itu evaluator harus meredam egonya dan
melakukan pengendalian tersembunyi saat wawancara berlangsung. Kadang kala
banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas
muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
Tujuan dari wawancara itu sama
dengan tujuan pada teknik observasi yaitu untuk mendapatkan informasi. Akan
tetapi, pada teknik wawancara ini informasi yang diperoleh dengan cara tanya
jawab langsung dari narasumber, sehingga informasi yang didapatkan akan lebih
banyak dan mendetail karena pada teknik ini kita dapat mengajukan pertanyaan
kepada narasumber sebanyak mungkin serta berurutan. Selain itu informasi yang
didapatkan pada teknik wawancara akan lebih akurat, karena informasi langsung berasal dari narasumber.
Didalam artikel ini juga dijelaskan
tentang kelemahan dari teknik evaluasi wawancara yang menjadi alasan para guru
jarang menggunakan teknik ini diantara
yaitu:
(1) Wawancara memerlukan banyak waktu dan
tenaga dan juga mungkin biaya
(2) Wawancara dilakukan
secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan
jawaban, masih bisa terjadi
(3) Keberhasilan wawancara sangat tergantung
dari kepandaian pewawancara.
3)
Angket (Questionnare)
Pada
dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang
yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan
oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud
untuk mendapatkan data.
Tujuan
dari teknik evaluasi dengan angket itu sama dengan teknik evalausi observasi
yaitu untuk mengumpulkan informasi. Selain itu teknik evaluasi angket ini juga
bertujuan membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan
tertentu, mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar serta untuk
membantu anak yang lemah atau kesulitan belajar. Jadi teknik evaluasi angket
ini nantinya akan menjadi pertimbangan guru dalam memilih model dan metode yang
sesuai dengan karateristik dan kemampuan siswanya.
Artikel
ini sangat bagus. Hal ini dikarenakan artikel ini memberikan gambaran tentang
teknik evaluasi yang cocok untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
Seperti teknik evaluasi angket (quesioner). Teknik evaluasi angket dapat memberikan
informasi kepada guru mengenai siswa yang lemah serta mengalami
kesulitan-kesulitan belajar. Hal ini akan membantu guru untuk membimbing siswa
belajar lebih efektif, kreatif dan
efisien.
Selain
itu, teknik evaluasi angket juga akan membantu guru dalam melakukan
pendekatan-pendekatan personal dengan siswanya. Pendekatan ini dilakukan agar
guru lebih mengetauhi tentang karakteristik siswa-siswanya. Pendektan ini juga
dilakukan agar guru dapat mengetahui cara dan gaya belajar masing-masing
siswanya. Hal ini nantinya akan benar-benar membantu guru dalam melakukan
proses belajar mengajar di kelas.
Teknik evaluasi dengan angket jarang
dipilih oleh guru. Hal ini dikarenakan pertanyaan yang diberikan melalui angket
adalah terbatas. Selain itu kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak
dijawab oleh semua anak atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat
dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima.
4
.Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Teknik
evaluasi dengan pemeriksaan dokumen ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana
peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga
dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua
peserta didik, , dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti
kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya.
(Sudijono : 2009)
Informasi
ini nantinya bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai
bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Hal ini
dikarenakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomot siswa itu tidak mungkin
terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan bermainnya. Semua
komponen yang berada disekitar peserta didik akan memberikan peranan penting
didalam perkembangan pengetahuaanya, meskipun dalam kadar dan persentae yang
berbeda.
5.
Study Kasus (Case Study)
Studi
kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus
untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas,
sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Studi
kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini
menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta
didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah
laku peserta didik tersebut. (Bahri : 2000)
Dalam
melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari
berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data.
Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan
wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar
belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun,
seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam
dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya.
Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan,
melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
6.
Tugas
Tugas
adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan
kelas. Didalam pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan bahwa diusahakan pemberiaan tugas tidak memberatkan
siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar matapelajaran
lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya. Selain itu
jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas
yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan
memperkaya wawasan pengetahuannya. Diupayakan pemberian tugas dapat
mengembangkan kreativitas dan rasatanggung jawab serta kemandirian.
Proyek
adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek
antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi
pohon dan lebar sungai menggunakan klinometer. Pemberikan tugas dalam bentuk
proyek memerlukan persiapan yang matang. Hal ini dikarenakan apabila persipa
yang dilakukan tidak matang maka proyek yang dihasilkan kurang maksimal.
BAB III. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita
simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi, kita tidak hanya dapat menggunakan
instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam kegiatan
pengukuran dan penilaian.
Teknik-teknik non-tes juga menempati
kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih
evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti
presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan
minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan
menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Bentuk-bentuk instrumren evaluasi
non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket
(questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary
analysis) dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.
.(http://disnawati.files.wordpress.com/2012/03/makalah-instrumen-penilaian-dengan-teknik-non-tes.pdf)
(http://ejurnal.uin-
alauddin. ac.id/artikel /04%20Teknik% 20Non% 20 Tes% 20 -%20Sitti% 20Mania. pdf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar