Kamis, 03 Oktober 2013

Teknik Evaluasi Hasil Belajar Non Tes


Teknik Evaluasi Hasil Belajar Non Tes


BAB I. Pendahuluan

1        Macam-macam teknik evaluasi non tes dalam pembelajran antara lain

1.      Pengamatan (observation)
Observation  yaitu suatu jenis evaluasi non tes yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan. Fenome yang diamati terkait dengan bahasan pembelajaran yang dilakukan. Pada teknik observasi ini kita dapat mengamati dan mengevaluasi 2 pihak sekaligus yaitu pertama, kita dapat menilai perilaku individu (siswa) selama proses pengamatan berlangsung. Kedua, kita dapat menilai dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang berkaitan dengan keterampilan guru serta hubungan-hubungan sosial antara guru dan peserta didik

            Tujuan dari diadakannya proses evaluasi selama pembelajaran yaitu selain untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu fenomena atau kejadian tertentu juga dilakukan untuk menilai perilaku kelas baik perilaku guru maupun peserta didik. Penilaian yang dilakukan melalui pengamatan lebih bersifat objektif. Hal ini dikarenakan guru dapat melihat proses apakah tingkah laku siswa itu bersifat sebenarnya atau dibuat-buat.
            Apabila suatu penilaian akan dilakukan melalui teknik observasi, maka tujuan yang akan di observasi harus jelas. Hal ini dikarenakan agar indikator pembelajaran yang telah ditetepakn oleh guru  dapat tercapai. Teknik observasi memang sering dipilih dalam evalusi pembelajaran. Hal ini dikarenakan observasi lebih bersifat ilmiah serta dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Selain itu alasan sering dipilihnya observasi sebagai teknik evaluasi dikarenakan observasi lebih praktis penggunaanya yaitu guru bisa mengamati sekaligus memberikan nilai secara langsung selama proses evaluasi. Observasi dapat digunakan untuk mengamati berbagai fenomena sehingga cocok unuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
            Kekurangan dari teknik observasi didalam melakukan evaluasi yaitu seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun dari proses observasi itu sendiri. Proses observasi yang membutuhkan waktu yang cukup lama akan membuat observer jenuh, sehingga proses observasi kurang maksimal. Penilaian saat observasi biasanya juga terganggu akibat kurangnya atau rusaknya alat dan bahan yang digunakan saat proses observasi. (Arifin, 2009)        
Didalam taknik observasi dikenal adanya skala sikap yaitu alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga,empat atau lima. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a).  Menentukan objek sikap yang akan dikembangkan skalanya misalnya sikap terhadap kebersihan.
b). Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan objek penilaian sikap. Misalnya : menarik, menyenangkan, mudah dipelajari dan sebagainya.
c). Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala. d)
Menentukan skala dan penskoran. Contoh : Penilaian skala sikap terhadap kebersihan.

2).  Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan narasumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat  komunikasi).
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1). Wawancara terpimpin (guided interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide).
2).  Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator.
Menurut Sudijono (2009) dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Hal ini nantinya akan benar-benar merepotkan pewawancara.
Didalam artikel ini dijelaskan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan wawancara diantaranya, mengingat bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat seketika. Selain itu, evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.   

            3) Angket (Questionnare)
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
Teknik evaluasi melalui angket ini dapat membantu guru membimbing siswa belajar lebih efektif dan kreatif. Selain itu guru juga dapat membantu siswa yang lemah belajar serta mengetahui kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Hal tersebut akan membantu guru memilih model dan metode apa yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswanya.
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang pembelajaran
2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran biologi
Jenis-jenis kuesioner menurut Yusuf (dalam Artiatiu, 2010) berdasarkan dari segi isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu pertanyaan fakta, pertanyaan perilaku, pertanyaan informasi,  pertanyaan pendapat dan sikap. Sedangakan jenis-jenis kuesioner berdasarkan jenisnya dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : kuesioner tertutup, kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner jika dilihat dari narasumbernya dapat dibedakan menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. (Mania, 2012)
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument evaluasi diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Teknik evaluasi pemeriksaan dokumen yaitu teknik evaluasi yang mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi). Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.( Anyan, 2012)

5. Study Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. (Bahri, 2000).
 Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview. Alat ini dapat melakukan wawancara secara mendalam serta jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Kelebihan dari teknik studi kasus yaitu kita dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja. Studi kasus juga memerlukan waktu yang lama, karena guru terlebih dahulu harus mengumpulkan informasi tentang siswa melalui berbagai sumber.
6. Penugasan
Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan penugasan dapat berupa tugas atau proyek.Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatankelas, misalnya mengamati suatu obyek.
Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya, berupa laporan hasil praktikum. Dalam pelaksanaan pemberian ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya. Selain itu, jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.

Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Tahapan dalam tugas proyek yaitu pertama tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang kegiatan, dan mengembangkan suatu ide.  Kedua Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan langkah-langkah kerja. Ketiga tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala yang dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan. (Disnawati, 2012)

 BAB II. Analisis Artikel
2.1 Pentingnya teknik evaluasi non tes dalam suatu pembelajaran
            Isi artikel ini menjelaskan bahwa teknik atau cara evaluasi tidak hanya dapat dilakukan dengan cara tes. Akan tetapi, suatu pengukuran atau penilaian pembelajaran dapat juga dilakukan dengan non tes. Penilaian yang dilakukan secara non tes akan lebih memberikan gambaran kepada pengajar yaitu guru tentang kemampuan atau kecakapan siswanya terutama yang berhubungan dengan kejiwaan seperti persepsi siswa tentang guru, persepsi siswa tentang mata pelajaran tertentu atau tentang bakat dan minat siswa yang tidak mungkin guru ketahui dengan evaluasi tes. Teknik non tes dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap proses pembelajaran dikelas serta proses mental yang lain yang tidak dapat guru dapatkan saat menggunakan instrumen tes. Jadi instrumen non tes dapat memberikan gambaran yang jelas tentang psikis atau softskill yang dimiliki siswa.
            Menurut (Widiyoko : 2009) teknik evaluasi non tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka dapatkan selama proes pembelajaran berlangsung. Dengan kata lain, instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati, dari pada pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca indra.
            Jadi dari pendapat ahli diatas dapat dipahami bahwa teknik pengukuran serta penilaian yang menggunakan non tes akan memberikan gambaran tentang proses pengetahuan  seta proses mental yang terdapat didalam diri siswa. Kebanyakan seorang guru mengabaikan proses mental ini. Hal tersebut dikarenakan para guru menganggap bahwa ketuntasan siswa dalam pembelajaran itu hanya berdasarkan atas kemampuan kognitif, sehingga proses mental kurang diperhatikan.
            Proses mental pada diri siswa sangat menetukan dan sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran disekolah. Hal ini dikarekan jika mental diri siswa tertata dengan rapi maka mereka dapat mengikuti pembelajaran dikelas dengan baik. Sedangkan jika mental mereka sudah terjerumus pada hal-hal negatif maka merekapun  tidak dapat mengikuti pemblajaran dikelas secara maksimal. Proses mental yang kurang baik pada diri siswa kebanyakan terjadi akibat pergaulan bebas yang terjadi pada remaja. Selain itu, mental yang kurang baik pada diri siswa juga dikarenakan faktor keluarga terutama siswa yang mengalami broken home. Mereka akan meluapkan semua amarah mereka melalui tindakan – tindakan kriminal yang mereka lakukan ketika mereka diluar rumah, seperti saat mereka berada di sekolah. Hal itu dikarenakan siswa tersebut ingin diperhatikan orang lain karena mereka sendiri kurang mendapatkan perhatian penuh dari orang tua mereka.
2.2 Jenis-jenis teknik evaluasi non tes di dalam proses pembelajaran.
1.      Pengamatan (Observation)

Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Jadi dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pengamatan (Observation) berguna untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai suatu fenomena. Selain itu, dengan dilakukannya observasi dapat mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik).
 Jadi pada artikel ini dijelaskan secara rinci tentang kegunaan dari teknik evaluasi observasi. Penggambaran yang mendetail tentang teknik evaluasi pengamatan dapat memberikan pemahaman yang kompleks terhadap pembacanya. Sehingga artikel ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan didalam memilih teknik penilaian didalam proses pembelajaran di sekolah.
            Selain itu, dari paragraf artikel diatas dapat dipahami pengamatan (Observation) akan memberikan gambaran tentang suatu proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar, diskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Teknik evalausi dengan observasi atau pengamatan juga dapat memberikan informasi tentang penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya. Jadi pada instrumen ini benar-benar menitik beratkan pada “proses” pembelajaran dan bukan hanya sekedar hasil belajar.
            Dalam artikel ini juga dijelaskan tentang kelebihan dan kekurangan jika menggunakan teknik evaluasi observasi atau pengamatan, diantara yaitu:
Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena.
Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu kegiatan.
Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan bservasi.
Tidak terikat dengan laporan pribadi. (Arifin, 2009)
            Dari poin-poin diatas sudah jelas bahwa jika seorang guru menggunakan teknik observasi saat penilaian maka guru tidak hanya bisa menilai siswa dari segi kognitifnya, akan tetapi guru juga bisa menilai dari segi afektif dan psikomotor. Jadi teknik ini dapat digunakan dalam penilaian tiga ranah pembelajaran sekaligus. Akan tetapi kekurangan dari teknik observasi ini yaitu apabila sesuatu yang diamati itu terlalu lama akan membuat siswa menjadi jenuh. Penilaian dengan teknik evaluasi sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi seperti oleh keadaan cuaca, suhu serta sarana dan prasarana yang ada disekolah tersebut. Proses penilaian  juga tidak akan berjalan dengan maksimal jika observer yaitu siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik akibat masalah pribadai atau alasan lain.
            Jurnal ini sangat bagus. Hal ini dikarenakan jurnal ini memberikan referensi tentang teknik evaluasi yang bisa digunakan didalam suatu proses pembelajaran selain teknik evaluasi tes. Selain itu, alternatif teknik evaluasi seperti observasi pada jurnal ini dapat digunakan didalam tiga ranah pembelajaran sekaligus. Hal ini akan benar-benar mempermudah guru dalam melakukan tugasnya di sekolah. Ini dikarenakan guru tidak perlu menyiapkan soal evaluasi  untuk tiap ranah masing-masing.
Proses penilaian dengan observasi banyak digunakan. Hal ini dikarenakan observasi penggunaannya praktis. Selain itu observasi bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional. Karakteristik lain dari observasi yang menjadi daya tarik tersendiri yaitu observasi mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai. Dari pengertian tersebut  dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).
            Pada artikel ini dijelaskan tentang pengertian teknik non tes yang biasa digunakan saat evaluasi pembelajaran yaitu teknik non tes wawancara. Artikel ini sangat lengkap karena selain menjelaskan pengertian wawancara secara mendetail juga menjelaskan tentang jenis wawancara yang dapat digunakan sebagai alat dalam evaluasi yaitu yang pertama wawancara terpimpin (guided interview), wawancara ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan. Jenis wawancara yang kedua yaitu wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), diamana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator.
Selain itu di dalam artikel ini dapat dipahami bahwa didalam wawancara terpimpin pewawancara harus menyiapkan pertanyaan beserta pilihan-pilihan jawabannya terlebih dahulu. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama dan lebih sulit pengerjaannya. Akan tetapi  kelebihan dari wawancara terpimpin yaitu, pewawancara akan lebih mudah dalam mengambil kesimpulan hasil wawancara. Hal ini dikarenakan pengambilan kesimpulan bisa diambil dari pilihan-pilihan jawaban yang sudah dijawab oleh nara sumber.
            Hal ini akan berbanding terbalik apabila pewawancara menggunakan wawancara tidak terpimpin, responden bisa menjawab pertanyaan-pertnyaan yang diajukan secara bebas tanpa terikat oleh pilihan-pilihan jawaban seperti pada wawancara terpimpin. Jadi persiapan untuk wawancara tidak terpimpin lebih mudah karena pewawancara tidak perlu menyiapakan pilihan-pilihan jawaban terlebih dahulu. Akan tetapi, jawaban yang beraneka ragam dari narasumber akan membuat pewawancara lebih kesulitan dalam mengambil kesimpulan hasil wawancara.
            Didalam jurnal ini juga dijelaskan tentang trik-trik dalam wawancara yaitu sebaiknya saat melakukan wawancara, hasil wawancara itu dicatat seketika. Hal ini dikarenakan untuk meminimalkan informasi yang hilang akibat pewawancara lupa, mengingat daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu. Disamping itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi saat wawancara berlangsung. Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
            Tujuan dari wawancara itu sama dengan tujuan pada teknik observasi yaitu untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, pada teknik wawancara ini informasi yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dari narasumber, sehingga informasi yang didapatkan akan lebih banyak dan mendetail karena pada teknik ini kita dapat mengajukan pertanyaan kepada narasumber sebanyak mungkin serta berurutan. Selain itu informasi yang didapatkan pada teknik wawancara akan lebih akurat, karena informasi langsung  berasal dari narasumber.
            Didalam artikel ini juga dijelaskan tentang kelemahan dari teknik evaluasi wawancara yang menjadi alasan para guru jarang menggunakan teknik ini diantara  yaitu:
 (1) Wawancara memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga mungkin biaya
 (2) Wawancara dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi
 (3) Keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.

3) Angket (Questionnare)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Tujuan dari teknik evaluasi dengan angket itu sama dengan teknik evalausi observasi yaitu untuk mengumpulkan informasi. Selain itu teknik evaluasi angket ini juga bertujuan membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat penguasaan tertentu, mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar serta untuk membantu anak yang lemah atau kesulitan belajar. Jadi teknik evaluasi angket ini nantinya akan menjadi pertimbangan guru dalam memilih model dan metode yang sesuai dengan karateristik dan kemampuan siswanya.
Artikel ini sangat bagus. Hal ini dikarenakan artikel ini memberikan gambaran tentang teknik evaluasi yang cocok untuk anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Seperti teknik evaluasi angket (quesioner). Teknik evaluasi angket dapat memberikan informasi kepada guru mengenai siswa yang lemah serta mengalami kesulitan-kesulitan belajar. Hal ini akan membantu guru untuk membimbing siswa belajar lebih efektif,  kreatif dan efisien.
Selain itu, teknik evaluasi angket juga akan membantu guru dalam melakukan pendekatan-pendekatan personal dengan siswanya. Pendekatan ini dilakukan agar guru lebih mengetauhi tentang karakteristik siswa-siswanya. Pendektan ini juga dilakukan agar guru dapat mengetahui cara dan gaya belajar masing-masing siswanya. Hal ini nantinya akan benar-benar membantu guru dalam melakukan proses belajar mengajar di kelas.
            Teknik evaluasi dengan angket jarang dipilih oleh guru. Hal ini dikarenakan pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas. Selain itu kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima.
4 .Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Teknik evaluasi dengan pemeriksaan dokumen ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, , dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya. (Sudijono : 2009)
Informasi ini nantinya bukan tidak mungkin pada saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Hal ini dikarenakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomot siswa itu tidak mungkin terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun  lingkungan bermainnya. Semua komponen yang berada disekitar peserta didik akan memberikan peranan penting didalam perkembangan pengetahuaanya, meskipun dalam kadar dan persentae yang berbeda.
5. Study Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. (Bahri : 2000)
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
6. Tugas
Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas. Didalam pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan bahwa  diusahakan pemberiaan tugas tidak memberatkan siswa karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar matapelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya. Selain itu jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasatanggung jawab serta kemandirian.
Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek antara lain: melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto sintesis tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai menggunakan klinometer. Pemberikan tugas dalam bentuk proyek memerlukan persiapan yang matang. Hal ini dikarenakan apabila persipa yang dilakukan tidak matang maka proyek yang dihasilkan kurang maksimal.
BAB III. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapatlah kita simpulkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi, kita tidak hanya dapat menggunakan instrument tes. Namun, kita bisa menggunakan instrument non tes dalam kegiatan pengukuran dan penilaian.
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya.
Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan pemeriksaan dokumen (documentary analysis) dapat kita pakai sebagai alternative dalam melaksanakan evaluasi.

(http://ejurnal.uin- alauddin. ac.id/artikel /04%20Teknik% 20Non% 20 Tes% 20 -%20Sitti% 20Mania. pdf)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar